Konsep
Demokrasi Digital
·
DEMOKRASI DIGITAL
Dimana dalam arti tertentu
partisipasi publik dimanifestasikan melalui media teknologi - contoh internet.
Barry N. Hague dalam pengantar buku antologi tentang diskursus demokrasi
elektronik (1999) menjelaskan beberapa unsur demokrasi yang mencerminkan nilai-nilai
demokrasi digital. Di antaranya adalah: sifatnya yang interaktif; proses
interaktif mengandaikan adanya komunikasi yang bersifat resiprokalitas, semua
warga negara bisa berdialog secara interaktif.
Lalu lewat demokrasi digital juga
dijamin Kebebasan berbicara; sehingga pengguna internet atau teknologi
informasi dapat mengekspresikan dirinya tanpa kontrol yang signifikan dari
penguasa. Setiap warga negara misalnya bisa secara diskursif mengetengahkan
gagasan-gagasannya yang paling gila sekalipun. Selain itu terbentuknya
komunitas virtual yang peduli terhadap kepentingan publik dan komunikasi global
yang tidak terbatas pada satu negara-bangsa. Lewat demokrasi digital juga
informasi atau kajian politik dapat diproduksi secara bebas dan disebarkan ke ruang
publik virtual untuk diuji.
Melihat paparan Barry N. Hague
tersebut di atas adalah jelas bahwa demokrasi digital menekankan partisipasi
dalam ruang publik virtual. Sehingga diskursus sepenuhnya dimanifestasikan
secara bebas dalam demokrasi digital; lewat surat elektronik, newsgroup, milis,
live discussion, website dan bentuk-bentuk lain dari perkembangan TI yang dapat
disesuaikan. Berawal dari sini dipahami bahwa ada semacam dialektika antara
teknologi dan masyarakat. Dialektika ini menghasilkan satu terma yang bernama
demokrasi digital.
Di dalamnya setiap orang bebas
mengungkapkan pendapatnya secara langsung. Karena itulah demokrasi digital
dapat dikatakan mempunyai bentuk yang kira-kira sama dengan demokrasi yang
dipraktikan pada zaman Yunani dan Roma kuno. Selain lewat teknologi informasi,
seperti kita ketahui ruang publik juga disediakan oleh industri media massa
seperti televisi, radio, koran atau majalah.
·
KONSEP
Pada zaman elektronik, konsep virtual
mempunyai banyak arti. Selain dalam arti seperti tersebut di atas, dunia
virtual juga sering disebut sebagai sebagai dunia simulasi; seperti yang
dihadirkan oleh sinema atau komputer grafik. Ada pandangan lainnya yang
mensejajarkannya dengan ruang saiber atau internet.
Ada juga yang memahami dunia virtual
sebagai informasi (teks) dan imagi yang dihadirkan oleh media (televisi,
majalah atau koran), yang virtual dalam konteks ini merupakan (re)- presentasi
dari dunia aktual. Yang aktual divirtualkan. Sebenarnya dari semua definisi di
atas dipahami adanya satu kesamaan, bahwa yang virtual tak pernah hadir begitu
saja ia selalu dikonstruksikan, manusia selalu memvirtualisasikan kenyataan.
Proses virtualisasi bukanlah sesuatu yang sifatnya alamiah. Karena ia
mengandaikan sebuah upaya menampilkan kembali secara etis, politis, dan estetis
segala yang aktual (kenyataan sesungguhnya) ke dalam sebuah medium.
Karenanya wajar bila ada asumsi yang
mengatakan bahwa dunia kehidupan sekarang terangkum dalam sebuah layar.
Seseorang bisa saja melihat sesuatu secara langsung (real time) kejadian yang
terjadi di belahan dunia lain. Untuk memperluas cakrawala perseptual, kita
hanya memerlukan mata dan pikiran saja. Asumsi inilah yang mengantarkan kita
pada sebuah ide tentang mutasi ontologi dalam sejarah kehidupan manusia.
Realitas bergerak dinamis, walalaupun
kita tidak menggerakkantubuh. Kerlap-kerlip televisi (dan tentunya juga
internet) dalam setiap rumah misalnya telah menyediakan ruang secara virtual
dan aktual sekaligus.
Demikian juga ketika realitas hilang
dalam gelap bioskop. Manusia berkerumun dan secara bersama-sama merasakan
ekstase sinematik, merasakan emosi-emosi temporal (artifisial) yang distimulasi
oleh gambar bergerak. Industri film yang telah menyebar sampai ke
pelosok-pelosok negeri jelaslah memberikan sebuah gambaran betapa manusia tak
puas dengan hidupnya yang biasa-biasa saja.
Menonton film misalnya menjadi
semacam ritus, manusia seperti ingin lari dari kenyataan, bukan mempelajarinyah
demikian kata Rosalind William dalam bukunya The Dream World: Mass Consumption
in Late Nineteeenth-Century.
Sekarang keterasingan tampaknya sudah
mulai dijinakkan oleh penyebab keterasingan itu sendiri (relasi produksi). Kini
kekuasaan kapitalis telah mengimunisasikan dirinya dan menguatkan
cengkeramannya dengan memproduksi sesuatu yang dapat menangkal keterasingan
yang diidap masyarakat pos-industri; yakni film.
Industri film (dan hiburan) juga
telah merekam roh zaman - dengan mengartikulasikan, atau merepresentasikan
sejarah secara dramatik dan artistik. Sejarah dalam arti tertentu divirtualkan
lewat alat-alat teknologi. Inilah yang membuat Baudrillard secara profetik
mengatakan tentang adanya semacam zaman di mana film dan sejarah menjadi tak
terpisah dan terdefinisikan. Yaitu ketika kita tidak bisa mengetahui apakah
gambar bergerak yang ditampilkan dalam film Ben-Hur si pangeran Yahudi itu ada
pada zaman modern atau pada zaman kekaisaran Romawi awal abad Masehi. Ada
semacam skizofrenia sejarah dalam virtualitas yang dihadirkan lewat film. Dalam
internet, yakni cyberspace, virtualitas menemukan bentuk sejatinya. Seseorang
dalam ruang ini tidak saja menjadi penerima pasif informasi atau imagi (seperti
dalam film atau acara televisi), tapi ia juga dapat dengan aktif
memproduksinya; bahkan seseorang dapat memvirtualisasikan dunia dirinya.
Ruang ini secara etis dan politis
memang kacau balau, tapi tak dapat dimungkiri di sinilah kita mengerti secara
tentatif apa itu kebebasan - dalam arti anarki atau kebebasan absolut.
Kebebasan dikatakan ada dalam ruang cyber karena memang dalam ruang ini tak ada
relasi kekuasaan yang menentukan sesuatu secara etis, estetis dan politis. Dari
yang suci sampai yang terkutuk ada dalam ruang ini. Virtualisasi kenyataan
dalam sinema, televisi atau internet dalam arti tertentu memang telah
mengaburkan cara pandang manusia tentang dunianya. Yang aktual misalnya secara
ontologis bisa melebur dengan yang virtual lewat teknologi satelit. Karenanya
ia mempunyai efek yang cukup mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat.
Bagaimana ia secara etis mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat adalah virtualisasi teror. Virtualisasi teror
terjadi ketika keadaan takut dan trauma akibat aksi teroris dihadirkan,
disebarkan, dan gemakan kembali oleh media informasi; sehingga tercapailah
tujuan utama dari teror. Wajarlah bila Derrida mengatakan, dalam penafsiran
Giovanna Borradori (dalam bukunya Philosophy in a Time of Terror), bahwa media,
juga kekuasaan politik tentunya, punya andil dan tanggung jawab untuk mereduksi
dan menyebarkan teror.
Derrida dalam hal ini sebenarnya
mencoba menyampaikan bahwa esensi dari teror adalah ketakutan yang digemakan
dan disebarkan. Inilah yang dipercaya olehnya sebagai semasa depan terorisme;
yakni serangan-serangan virtual. Serangan virtual tentu tidak hanya informasi
mencekam tentang bencana teror saja, tapi juga banyak lainnya.
Misalnya rekayasa kultural guna
mendukung laju dan kepentingan pasar global yang semakin hari semakin menjauhi
nilai-nilai keadilan melalui film atau acara televisi. Dari sinilah kita
ketahui bahwa virtualitas telah menjelma menjadi kekuatan yang menentukan
nilai-nilai, atau, katakanlah, lokus utama diskursus. Ia dalam beberapa hal
merupakan cermin yang memantulkan (yang terkadang membiaskan) gambaran kondisi
masyarakat.
·
FUNGSI
McQuail mengemukakan fungsi-fungsi
media massa sebagai pemberi informasi, pemberi identitas pribadi, sarana
intergrasi dan interaksi sosial dan sebagai sarana hiburan (Denis McQuail,
2000).
Selain sebagai pemberi informasi
media massa juga berfungsi sebagai pemberi identitas pribadi khalayak. Sebagai
pemberi identitas pribadi, media massa juga berfungsi sebagai model perilaku.
Model perilaku dapat kita peroleh dari sajian media. Apakah itu model perilaku
yang sama dengan yang kita miliki atau bahkan yang kontra dengan yang kita
miliki. Selain berfungsi menjadi model perilaku, sebagai pemberi identitas
media massa juga berfungsi sebagai sarana untuk mengidentifikasikan diri dengan
nilai-nilai lain (dalam media). Manusia memiliki nilai-nilai hidupnya sendiri
yang pada gilirannya akan ia gunakan untuk melihat dunia. Namun manusia juga
perlu untuk melihat nilai-nilai yang diciptakan oleh media. Seperti yang kita
ketahui, media membawa nilai-nilai dari seluruh penjuru dunia. Implikasinya
adalah konsumen media dapat mengetahui nilai-nilai lain di luar nilainya.
Fungsi lain media massa sebagai
pemberi identitas, dimana media merupakan sarana untuk meningkatkan pemahaman
mengenai diri sendiri. Untuk melihat serta menilai siapa, apa dan bagaimana
diri kita, pada umumnya dibutuhkan pihak lain. Kita harus meminjam kacamata
orang lain. Media dapat dijadikan sebagai salah satu kacamata yang dipergunakan
untuk melihat siapa, apa serta bagaimana diri kita sesungguhnya. Bersosialisasi
dengan orang lain di saat kita tidak berusaha untuk mengadakan komunikasi
dengan orang tersebut merupakan hal yang sulit.
Di lain pihak, akan sulit bagi kita
untuk berkomunikasi dengan orang lain apabila kita tidak mengetahui topik apa
yang bisa digunakan untuk membangun komunikasi dengan orang tersebut. Media
membantu kita dengan memberikan berbagai pilhan topik yang bisa digunakan dalam
membangun dialog dengan orang lain. Hal ini pada gilirannya menjadikan media
massa sebagai sarana integrasi dan interaksi sosial berfungsi untuk penyedia
bahan percakapan dalam interaksi sosial. Media massa memungkinkan seseorang
untuk dapat mengetahui posisi sanak keluarga, teman dan masyarakat. Baik posisi
secara fisik, secara intelektual maupun secara moral mengenai suatu peristiwa.
Fungsi media massa yang satu ini
biasanya dapat dilihat pada surat untuk redaksi, kolom pembaca dan yang
sejenis. Pada multimedia fungsi ini menjadi sangat menonjol karena kita
dimungkinkan untuk berinteraksi langsung dengan orang lain dalam waktu relatif
lebih cepat.
Fungsi media massa sebagai hiburan.
Berkaitan dengan itu media massa menjalankan fungsinya sebagai pelepas khalayak
dari masalah yang sedang dihadapi. Rasa jenuh di dalam melakukan aktivitas
rutin pada saat tertentu akan muncul.
Di saat itulah media menjadi
alternatif untuk membantu kita di dalam melepaskan diri dari problem yang
sedang dihadapi atau lari dari perasaan jenuh. Khalayak juga memperoleh
kenikmatan jiwa dan estetis dari mengkonsumsi media massa. Manusia tidak saja
perlu untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, namun ia juga harus memenuhi kebutuhan
rohaninya, jiwanya. Kebutuhan ini dapat terpuaskan dengan adanya media massa.
Media massa memenuhi kebutuhan tersebut dengan sajian yang menurut media yang
bersangkutan dapat dinikmati dan memiliki nilai estetika.
Media massa juga dapat berfungsi
sebagai pengisi waktu, dimana ini juga termasuk fungsi media massa sebagai
sarana hiburan bagi khalayak. Kadang orang melakukan sesuatu tanpa ada tujuan.
Mengkonsumsi media massa tanpa memiliki tujuan adalah salah satunya dalam
penyaluran emosi.
Ini merupakan fungsi lain dari media
massa sebagai sarana hiburan. Emosi pasti melekat dalam diri setiap manusia.
Dan layaknya magma yang tersimpan di dalam perut bumi, emosi ada saatnya untuk
dikeluarkan. Emosi butuh penyaluran, dan salah satu salurannya adalah dengan
mengkonsumsi media massa atau bahkan memproduksi media yang senada dengan
emosinya.
Berdasarkan fungsi-fungsi media massa
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dikatakan pula bahwa media massa
memiliki peran di dalam menciptakan apa yang disebut dengan daya tarik seks
(sex appeal). Mengenai hal ini dapat diasumsikan bahwa fungsi media massa
sebagai salah satu sarana pembangkit gairah seks adalah fungsi yang paling
dapat menjelaskan mengapa media massa dipandang berperan di dalam menciptakan
apa yang berkaitan dengan seks. Entah itu standarisasi daya tarik seks yang
perlu dimiliki seseorang, apa yang perlu dilakukan untuk mendapat daya tarik
seks yang tinggi, apa yang akan didapat dengan memiliki daya tarik seks
tertentu, dan sebagainya.
Model-model yang ditampilkan pada sebuah
majalah, misalnya, bisa diartikan sebagai bagian upaya media massa di dalam
mengatakan apa yang mereka nilai sebagai orang yang memiliki daya tarik seks.
Seperti yang kita lihat, majalah-majalah tidak sembarangan di dalam memilih
model yang akan dijadikan model sampulnya. Ada semacam kriteria tertentu yang
harus dimiliki model tersebut agar ia dapat ditampilkan oleh majalah yang
bersangkutan.
Memang, daya tarik seks pada umumnya
sering disamakan dengan daya tarik fisik pria atau perempuan. Bentuk tubuh,
wajah, bibir, rambut, dan sebagainya yang menyangkut fisik adalah kriteria yang
digunakan untuk mengukur daya tarik seks seseorang.
Namun ternyata ada hal lain selain
daya tarik fisik yang diperlukan untuk membentuk daya tarik seks. Karisma,
tingkat intelektual yang tinggi, kesuksesan, dan kemapanan secara materi,
merupakan beberapa diantara hal yang bisa dikategorikan sebagai unsur yang
menjadikan seseorang memiliki daya tarik seks. Kesemua ini pada gilirannya akan
bermuara pada konsumerisme dan hedonisme.
Materi apa yang dikatakan oleh media
massa sebagai sesuatu yang memiliki daya tarik seks akan mendorong khalayak
untuk memiliki gaya hidup konsumtif karena media massa memiliki kekuatan untuk
menawarkan apa yang saat ini sedang tren, apa yang saat ini dicari orang, apa
yang saat ini harus dimiliki orang, dan berbagai pikiran yang sejalan dengan
itu, termasuk menentukan apa yang harus dimiliki khalayak untuk dapat memiliki
sex appeal.
Begitu juga dengan apa yang melekat
pada orang-orang yang memiliki sex appeal, dapat mendorong orang kepada gaya
hidup hedonis. Ketika ada ABG mengecat rambutnya menjadi merah, banyak orang
terperanjat dan bergumam, “Korban iklan apa lagi?” Maka, warna rambut pun
menjadi obrolan orang tua karena itu adalah dagangan ‘gaya hidup’ terkini. Saya
pun pernah terkena giliran. Saat seorang keluarga tergiur kosmetik pemutih
kulit, saya pun berteriak sama, “Korban iklan apa lagi?” Tapi itulah. Walaupun
krisis masih melanda negeri ini, ribuan remaja terus saja jadi korban iklan.
Dan mereka pun tiba-tiba mendambakan
rambut warna-warni, kosmetik dan parfum berganti-ganti, handphone bermacam
seri, dan impian mobil mewah keluaran terkini. Welcome to Consumer Society!.
Tumbuhnya masyarakat pasar-industri (the market-industrial society) dalam
konteks kapitalisme modern ternyata telah membawa perubahan radikal dalam
kehidupan masyarakat.
Sejak revolusi industri yang membawa
pelipatgandaan barang-barang yang dikonsumsi manusia, untuk pertama kalinya,
masyarakat hidup dikelilingi oleh beragam komoditas barang dan jasa dalam
jumlah dan keragaman luar biasa.
Walaupun awalnya, barang-barang yang
diproduksi lebih merupakan duplikasi dari apa yang digunakan di dalam rumah,
inovasi dalam produksi modal industri semakin lama membanjiri pasar, memberikan
aneka pilihan, jauh melampaui sekadar kebutuhan dasar (basic needs) yang
diperlukan. Industri dalam kapitalisme modern memiliki kemampuan menciptakan
‘kebutuhan-kebutuhan baru’ dalam kehidupan. Akibatnya, masyarakat sering kali
dihadapkan pada tawaran-tawaran kebutuhan menarik yang mereka sendiri awalnya
tak merasa pasti benar-benar membutuhkannya.
Ruang
Publik Tradisional
·
MEDIA TRADISIONAL
Dongeng adalah salah satu media
tradisional yang pernah popular di Indonesia. Pada masa silam, kesempatan
untuk mendengarkan dongeng tersebut selalu ada, karena merupakan bagian dari
kebudayaan lisan di Indonesia. Bagi para ibu mendongeng merupakan cara
berkomunikasi dengan putra-putri mereka, terutama untuk menanamkan nilai-nilai
sosial, yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Di berbagai daerah di Indonesia,
media komunikasi tradisional tampil dalam berbagai bentuk dan sifat, sejalan
dengan variasi kebudayaan yang ada di daerah-daerah itu. Misalnya, tudung
sipulung (duduk bersama), ma’bulo sibatang (kumpul bersama dalam sebuah pondok
bambu) di Sulawesi Selatan (Abdul Muis, 1984) dan selapanan (peringatan
pada hari ke-35 kelahiran) di Jawa Tengah, boleh dikemukan sebagai beberapa
contoh media tradisional di kedua daerah ini. Di samping itu, boleh juga
ditunjukkan sebuah instrumen tradisional seperti kentongan yang masih banyak
digunakan di Jawa. Instrumen ini dapat digunakan untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan yang mengandung makna yang berbeda, seperti adanya kematian,
kecelakaan, kebakaran, pencurian dan sebagainya, kepada seluruh warga
masyarakat desa, jika ia dibunyikan dengan irama-irama tertentu.
Media tradisional dikenal juga
sebagai media rakyat. Dalam pengertian yang lebih sempit, media ini sering juga
disebut sebagai kesenian rakyat. Dalam hubungan ini Coseteng dan Nemenzo (dalam
Jahi, 1988) mendefinisikan media tradisional sebagai bentuk-bentuk verbal,
gerakan, lisan dan visual yang dikenal atau diakrabi rakyat, diterima oleh
mereka, dan diperdengarkan atau dipertunjukkan oleh dan/atau untuk mereka
dengan maksud menghibur, memaklumkan, menjelaskan, mengajar, dan mendidik.
Sejalan dengan definisi ini, maka
media rakyat tampil dalam bentuk nyayian rakyat, tarian rakyat, musik
instrumental rakyat, drama rakyat, pidato rakyat- yaitu semua kesenian rakyat
apakah berupa produk sastra, visual ataupun pertunjukkan- yang diteruskan dari
generasi ke generasi (Clavel dalam Jahi, 1988).
·
FUNGSI MEDIA TRADISIONAL
William Boscon (dalam Nurudin,
2004) mengemukakan fungsi-fungsi pokok folklor sebagai media tradisional
adalah sebagai berikut:
Sebagai sistem proyeksi. Folklor
menjadi proyeksi angan-angan atau impian rakyat jelata, atau sebagai alat
pemuasan impian (wish fulfilment) masyarakat yang termanifestasikan dalam
bentuk stereotipe dongeng. Contohnya adalah cerita Bawang Merah dan
Bawang Putih, cerita ini hanya rekaan tentang angan-angan seorang gadis desa
yang jujur, lugu, menerima apa adanya meskipun diperlakukan buruk oleh saudara
dan ibu tirinya, namun pada akhirnya berhasil menikah dengan seorang raja,
cerita ini mendidik masyarakat bahwa jika orang itu jujur, baik pada orang lain
dan sabar akan mendapat imbalan yang layak.
Sebagai penguat adat. Cerita Nyi Roro
Kidul di daerah Yogyakarta dapat menguatkan adat (bahkan kekuasaan) raja
Mataram. Seseorang harus dihormati karena mempunyai kekuatan luar biasa yang
ditunjukkan dari kemapuannya memperistri ”makhluk halus”. Rakyat tidak
boleh menentang raja, sebaliknya rasa hormat rakyat pada pemimpinnya harus
dipelihara. Cerita ini masih diyakini masyarakat, terlihat ketika masyarakat terlibat
upacara labuhan (sesaji kepada makhluk halus) di Pantai Parang Kusumo.
Sebagai alat pendidik. Contohnya
adalah cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, cerita ini mendidik masyarakat
bahwa jika orang itu jujur, baik pada orang lain dan sabar akan mendapat imbalan
yang layak.
Sebagai alat paksaan dan pengendalian
sosial agar norma-norma masyarakat dipatuhi. Cerita ”katak yang congkak” dapat
dimaknai sebai alat pemaksa dan pengendalian sosial terhadap norma dan nilai
masyarakat. Cerita ini menyindir kepada orang yang banyak bicara namun sedikit
kerja.
Sifat kerakyatan bentuk kesenian ini
menunjukkan bahwa ia berakar pada kebudayaan rakyat yang hidup di
lingkungannya. Pertunjukkan-pertunjukkan semacam ini biasanya sangat
komunikatif, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat pedesaan. Dalam
penyajiannya, pertunjukkan iniini biasanya diiringi oleh musik daerah setempat
(Direktorat Penerangan Rakyat, dalam Jahi, 1988).
Ranganath (1976), menuturkan bahwa
media tradisional itu akrab dengan massa khalayak, kaya akan variasi, dengan
segera tersedia, dan biayanya rendah. Ia disenangi baik pria ataupun wanita
dari berbagai kelompok umur. Secara tradisional media ini dikenal sebagai
pembawa tema. Disamping itu, ia memiliki potensi yang besar bagi komunikasi
persuasif, komunikasi tatap muka, dan umpan balik yang segera. Ranganath juga
memepercayai bahwa media tradisional dapat membawa pesan-pesan modern.
Eapen (dalam Jahi, 1988) menyatakan
bahwa media ini secara komparatif murah. Ia tidak perlu diimpor, karena milik
komunitas. Di samping itu, media ini tidak akan menimbulkan ancaman
kolonialisme kebudayaan dan dominasi ideologi asing. Terlebih lagi,
kredibilitas lebih besar karana ia mempertunjukkan kebolehan orang-orang
setempat dan membawa pesan-pesan lokal, yang tidak berasal dari pemerintah
pusat. Media rakyat ini bersifat egaliter, sehingga dapat menyalurkan
pesan-pesan kerakyatan dengan lebih baik daripada surat kabar yang bersifat
elit, film, radio, dan televisi yang ada sekarang ini.
Sifat-sifat umum media tradisional
ini, antara lain mudah diterima, relevan dengan budaya yang ada, menghibur,
menggunakan bahasa lokal, memiliki unsur legitimasi, fleksibel, memiliki
kemampuan untuk mengulangi pesan yang dibawanya, komunikasi dua arah, dan
sebagainya. Disssanayake (dalam Jahi,1988) menambahkan bahwa media tradisional
menggunakan ungkapan-ungkapan dan simbol-simbol yang mudah dipahami oleh
rakyat, dan mencapai sebagaian dari populasi yang berada di luar jangkauan
pengaruh media massa, dan yang menuntut partisipasi aktif dalam proses
komunikasi.
·
PERAN MEDIA TRADISIONAL DALAM SISTEM
KOMUNIKASI
Media tradisional mempunyai nilai
yang tinggi dalam sitem komunikasi karena memiliki posisi khusus dalam sistem
suatu budaya. Kespesifikan tanda-tanda informasi yang dilontarkan dalam
pertunjukkan-pertunjukkan tradisional itu maupun konteks kejadian, mengakibatkan
orang-orang berasal dari sistem budaya lain sulit menyadari, memahami, dan
menghayati ekspresi kesenian yang bersifat verbal, material, maupun musik yang
ditampilkan (Compton, 1984).
Kesulitan tersebut berasal dari
kerumitan untuk memahami tanda-tanda nonverbal yang ditampilkan, yang umumnya
tidak kita sadari. Demikian juga dengan tidak memadainya latar belakang kita
untuk memahami simbolisme religi dan mitologi yang hidup disuatu daerah, tempat
pertunjukan tradisional itu terjadi.
Sebagian dari media rakyat ini,
meskipun bersifat hiburan dapat juga membawa pesan-pesan pembangunan. Hal ini
dapat terjadi karena media tersebut juga menjalankan fungsi pendidikan pada
khalayaknya. Oleh karena itu, ia dapat digunakan untuk menyampaikan pengetahuan
kepada khalayak(warga masyarakat). Ia dapat juga menanamkan dan mengukuhkan
nilai-nilai budaya, norma sosial, dan falsafah sosial (Budidhisantosa, dalam
Amri Jahi 1988).
Walaupun demikian, bertolak belakang
dengan keoptimisan ini, para ahli memperingatkan bahwa tidak seluruh media
tradisional cukup fleksibel untuk digunakan bagi maksud-maksud pembangunan.
Karena memadukan yang lama dan yang baru tidak selamanya dapat dilakukan dengan
baik. Kadang-kadang hal semacam ini malah merusak media itu, sehingga kita
harus waspada (Dissanayake, 1977). Masalah-masalah dihadapi dalam
penggunaan seni pertunjukkan tradisional untuk maksud pembangunan, sebanrnya
ialah bagaimana menjaga agar media tersebut tidak mengalami kerusakan. Oleh
karena pertunjukkan tradisional ini memadukan berbagai unsur kesenian yang
bernilai tinggi, yang menuntut kecanggihan maka dukungan seni sangat penting
dalam medesain pesan-pesan pembangunan yang akan disampaikan (Siswoyo, dalam Amri
Jahi 1988).
Meskipun banyak kesulitan yang
dihadapi dalam menyesuaikan penggunaan media tradisional bagi kepentingan
pembangunan, riset menunjukkan bahwa hal itu masih mungkin dilakukan.
Pesan-pesan pembangunan dapat disisipkan pada pertunjukkan-pertunjukkan yang
mengandung percakapan, baik yang bersifat monolog maupun dialog, dan yang tidak
secara kaku terikat pada alur cerita. Wayang misalnya, salah satu pertunjukkan
tradisional yang terdapat di jawa, Bali, dan daerah-daerah lain di Indonesia,
yang dapat dimanfaatkan sebagai media penerangan pembangunan. Pertunjukkan
biasanya menampilkan episode-episode cerita kepahlawanan Hindu seperti Ramayana
dan Mahabarata. Pertunjukkan wayang biasanya disampaikan dalam bahasa daera
misalnya bahasa jawa, Sunda, atau Bali yang diiringi nyanyian dan musik yang
spesifik. Bagi orang-orang tua yang masih tradisional, wayang lebih daripada
sekedar hiburan. Mereka menganggap wayang sebagai perwujudan moral, sikap, dan
kehidupan mistik yang sakral. Pertunjukkan tersebut selalu menekankan
perjuangan yang baik melawan yang buruk. Biasanya yang baik setelah melalui
perjuangan yang panjang dan melelahkan akan mendapat kemenangan. Disamping itu
moralitas wayang mengajarkan juga cara memperoleh pengetahuan, kedamaian
pikiran, dan sikap positif yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Episode-episode cerita wayang cukup
ketat. Namun, pesan-pesan pembangunan masih dapat disisipkan dalam
dialog-dialog yang dilakukan. Banyak episode wayang yang dapat dipilih dan
dipertunjukkan dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Misalnya, untuk
menumbuhkan semangat rakyat dalam perang kemerdekaan, mengisi kemerdekaan,
integrasi bangsa, dan sebagainya.
Pada zaman revolusi kemerdekaan
Indonesia (1945-1949) Departemen Penerangan menciptakan wayang suluh untuk
melancarkan kampanye perjuangan. Mereka menampilkan tokoh-tokoh kontemporer
seperti petani, kepala desa, pejuang, serdadu Belanda, Presiden Sukarno, dan
sebagainya. Wayang suluh ini, pada dasarnya, menceritakan perjuangan para pemimpin
dan rakyat Indonesia menuju Kemerdekaan.
Ruang Publik Digital
·
INTERNET
Pengertian dari
internet ( interconnection networking) sendiri adalah jaringan komunikasi
global yang terbuka dan menghubungkan jutaan bahkan milyaran jaringan komputer
dengan berbagai tipe dan jenis, dengan menggunakan tipe komunikasi seperti
telepon, satelit dan lain sebagainya.
Awalnya internet
merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969 melalui sebuah proyek yang disebut
dengan ARPANET. Misi awal dari proyek ini awalnya hanya untuk keperluan militer
saja, tetapi lambat laun terus berkembang dan bisa dinikmati oleh semua
kalangan.
Terciptanya
internet telah membawa perubahan yang sangat berarti dalam berbagai aspek
kehidupan manusia. Selain itu, internet juga telah melahirkan dunia baru yang
memiliki pola, corak sekaligus karakteristik yang berbeda dengan dunia nyata.
Fasilitas-Fasilitas
yang Terdapat pada Internet
Internet yang
sering disebut dengan jagad raya informasi menyajikan sekian banyak fasilitas
yang dapat dinikmati oleh pengguna internet. Berikut ini beberapa fasilitas
yang dapat dinikmati oleh pengguna internet, antara lain :
1. WWW
World Wide Web atau
yang sering disingkat dengan WWW merupakan sebuah sistem yang terdapat pada
internet dan bertugas melakukan pencarian sekaligus pemberian informasi yang
cepat dengan menggunakan teknologi hypertext.
Untuk membuat
hypertext, diciptakanlah sebuah bahasa pemrograman yang disebut Hyper Text
Markup Language (HTML). HTML berfungsi mengikat alamat WWW atau file dalam
sebuah dokumen yang biasanya ber-extention *.htm atau *.html.
Untuk mengirimkan
file tersebut, diperlukan peran dari protokol pengiriman data yang spesifik
yaitu Hyper Text Transfer Protocol (HTTP). Selain itu, untuk menemukan setiap
hubungan hypertext diperlukanlah Uniform Resource Locator (URL).
2. Email
Email merupakan
surat atau pesan elektronik yang dikirimkan dan diterima antar pengguna
komputer. Email memungkinkan seorang individu mengirimkan pesan ke individu
lainnya dengan waktu yang cepat, bahkan dalam hitungan detik.
Saat ini
perkembangan email sangatlah pesat, email tidak hanya berisi teks saja. Kita
bisa melampirkan file multimedia seperti gambar, foto, video bahkan animasi.
3. Mailing List
Mailing List atau
yang sering disebut dengan milis merupakan salah satu discussion group yang
terdapat pada internet. Untuk menjadi anggota sebuah milis, kita terlebih
dahulu mengirimkan email ke subsription address dan menunggu persetujuan dari
moderator milis tersebut. Biasanya, anggota dari milis saling bertukar
informasi, pendapat, dan lain sebagainya.
4. BBS
Bulletin Board
System atau yang biasa disingkat BBS merupakan suatu pusat layanan informasi
yang menyediakan berbagai macam informasi dari berbagai bidang tertentu seperti
bidang pendidikan, bisnis, sosial, teknologi dan lain-lain.
Dengan menggunakan
fasilitas ini, pengguna dapat bertukar pikiran dengan pengguna lainnya pada
topik tertentu. Biasanya, pengguna yang mengakses BBS dapat mengunggah maupun
mengunduh berita dari pengguna lain dengan mudah.
5. Chatting
Chatting merupakan
percakapan antara dua atau lebih pengguna komputer secara realtime dengan
memanfaatkan jaringan internet. Bagi pengguna komputer yang telah melengkapi
perangkat komputernya dengan webcam, maka mereka dapat chatting dengan melihat
wajah pengguna lain yang di ajak chatting tersebut.
6. Newsgroup
Sama halnya dengan
milis, newsgroup juga merupakan salah satu discussion group yang ada di
internet. Untuk mengakses suatu newsgrup, diperlukan jaringan komputer khusus
yang biasa disebut UseNet.
Umumnya, setiap
newsgroup di atur berdasarkan satu topik umum yang kemudian dibagi menjadi
beberapa sub topik dibawahnya
7. FTP
FTP atau File
Transfer Protocol merupakan layanan internet untuk melakukan transfer file
antara pengguna komputer dengan suatu server di internet. Jadi, kita bisa
melakukan pengiriman (upload) atau menyalin (download) sebuah file antara
komputer kita dengan komputer lain yang terhubung pada jaringan internet.
FTP umumnya
dimanfaatkan sebagai wahana pendukung yang sangat diperlukan untuk pertukaran
maupun penyebarluasan sebuah file melalui jaringan internet.
8. Gopher
Gopher merupakan
protokol layer aplikasi TCP/ IP yang dirancang khusus untuk keperluan
distribusi, pencarian, maupun pengambilan dokumen melalui jaringan internet.
·
FUNGSI/MANFAAT INTERNET
Dibalik kemudahan
dalam mengakses internet, terdapat banyak manfaat yang akan kita peroleh
sebagai pengguna internet. Berikut beberapa fungsi/ manfaat dari penggunaan
internet :
1. Menambah wawasan
dan pengetahuan
Dengan adanya
internet, kita jadi lebih tahu mengenai berbagai wawasan dan pengetahuan dari
berbagai bidang dari seluruh dunia. Terutama bagi pelajar, internet mempermudah
mereka dalam mencari informasi yang berkaitan dengan pelajaran mereka.
2. Komunikasi
Menjadi Lebih Cepat
Perkembangan
internet yang semakin menjadi-jadi membuat komunikasi antar individu menjadi
sangat mudah dan cepat. Kita juga dapat berkomunikasi dengan orang luar negri
sekalipun dengan biaya yang relatif murah.
Selain itu, sudah banyak
jejaring sosial seperti Facebook yang digunakan pengguna internet untuk
berkenalan dan menemukan teman baru di sana. Tidak sedikit juga dari mereka
yang ngobrol/ chatting dengan kerabat mereka menggunakan jejaring sosial ini.
3. Mudahnya Belanja
di Internet
Dengan meledaknya
penggunaan internet, semakin banyak orang yang tertarik melakukan belanja
online. Saat ini, banyak orang yang lebih suka belanja online karena sangat
mudah dan efisien.
Salah satu
keuntungan dari belanja online adalah kita tidak perlu keluar rumah untuk
membeli item yang kita butuhkan. Selain itu, ketika jam kerja sangat sibuk atau
tidak teratur, belanja online merupakan pilihan yang terbaik untuk membeli
barang tanpa harus menyita banyak waktu.
4. Internet sebagai
Wahana Hiburan
Internet juga
berperan sebagai "Penghibur" bagi anda yang sedang gelisah atau galau
memikirkan sesuatu. Anda bisa menghibur diri dengan mengakses jejaring sosial,
mendengarkan musik, streaming video atau main game.
5. Memudahkan
Mencari Lowongan Pekerjaan
Selain mudahnya
mencari informasi di internet, anda juga dapat mencari lowongan pekerjaan di
internet dengan mudah. Internet telah menjadi wadah tersendiri bagi anda untuk
mendapatkan pekerjaan dengan mudah melalui situs-situs yang menyediakan
informasi lowongan pekerjaan.
6. Pentingnya
Internet dalam Dunia Bisnis
Mengingat internet
dapat dimanfaatkan dalam segala bidang termasuk dalam bidang bisnis, maka tak
sedikit para pelaku bisnis menggunakan internet demi menunjang bisnis mereka.
Banyak orang yang
telah menemukan berbagai manfaat internet untuk bisnis mereka. Bahkan ada yang
dinamakan bisnis online dimana peran internet sebagai bisnis utama.
Setelah membaca
artikel berikut, saya harap pengetahuan anda mengenai internet menjadi lebih
luas lagi dan anda lebih bijak lagi dalam memanfaatkan internet untuk
memperkaya wawasan dan pengetahuan.
Sepanjang sejarah perkotaan di
berbagai belahan dunia, ruang publik sebagai titik tumpu komunikasi manusia tak
pernah luput untuk disediakan. Jalan, plaza, lapangan, alun-alun, dan berbagai
bentuk ruang interaksi manusia lainnya menjadi karakter penting dalam kehidupan
sosial perkotaan. Bahkan, hingga sekarang pemerintah kota masih berlomba
menyediakan ruang publik yang interaktif dan hidup untuk mewadahi aktifitas
warganya. Namun, ruang publik tersebut kini dianggap kuno apabila tidak
menyediakan akses untuk internet.
Internet telah lama diidentifikasi
sebagai agora(ruang publik dalam budaya politik Yunani). Di
dalamnya, pengguna menemukan cara baru untuk berinteraksi dan mendiskusikan
berbagai hal termasuk diantaranya ekonomi, politik, sosial, bahkan gosip
picisan. Konektifitas universal memungkinkan internet dapat diakses oleh
siapapun dan dimanapun.
Pergeseran fungsi ruang telah dimulai sejak penemuan telegraf morse pada
tahun 1840-an. Sejak ditemukannya alat tersebut, tempat-tempat terpencil yang
sulit dijangkau, dapat dicapai tanpa melakukan mobilitas melalui komunikasi
tanpa tatap muka. Kebutuhan akan bersosialisasi dapat terpenuhi seiring
pesatnya perkembangan teknologi digital media yang terus berkembang. Ruang
publik kini telah bertransformasi menjadi ruang publik digital. “berinteraksi”,
“interaksi” dengan dunia masing-masing. Orang-orang tersebut melakukan
interaksi melalui media digital. Bahkan dua orang yang duduk bersebelahan tidak
saling berkomunikasi, melainkan sibuk melakukan interaksi sosial dengan
orang-orang di luar ruang publik tersebut. Tapi bukan mustahil suatu saat akan
terjadi hal yang sama. Sebelum kiamat ruang publik terjadi, maka dalam perancangan
ruang publik perlu diperhatikan bahwa perlu adanya penyediaan sarana yang
atraktif untuk meningkatkan minat masyarakat berinteraksi langsung dalam ruang
publik. Selain faktor kenyamanan yang menjadi faktor utama yang mendorong orang
melakukan kegiatan di ruang publik, sarana-sarana interaktif yang mewadahi
aktifitas masyarakat perlu disediakan. Bukan hanya bangku taman, pohon yang
rindang, melainkan juga sarana olahraga dan bermain untuk lebih menghidupkan
interaksi langsung pengguna ruang publik.
·
PONSEL DAN DEMOKRASI PARTISIPATIF
Ponsel terbukti sentral dalam
demokrasi partisipatif sebagai gadget suara, bahkan di LDC (negara terbelakang)
di Afrika. Menurut Kristof Nyíri (2004), orang menggunakan teknologi ponsel
untuk mengekspresikan diri pada isu-isu penting yang harus dilakukan dengan
keadilan global atau bahkan isu-isu lokal yang mempengaruhi pembangunan
nasional Indeks Mobinet, sebuah Keaney AT dan Universitas Cambridge studi,
berpendapat bahwa pada tahun 2004, sekitar 49 persen pengguna ponsel di dunia
telah internet mobile dan sekitar 75 persen menggunakan layanan mobile data
seperti email, berita dan layanan pesan singkat (SMS ). Jurnalisme, suatu
profesi yang dipandang terutama sebagai lambang lingkup publik, membuat
ekstensif menggunakan teknologi mobile untuk lebih memperluas dan meningkatkan
potensi diskursif melalui berbagai cara yang tersedia melalui layanan teknologi
mobile data dan email.
Konvergensi (terpusat) dari ponsel
dengan media lain seperti internet dan radio menciptakan harapan yang lebih
besar untuk potensi ranah publik, tetapi tentu saja, fungsi-fungsi ini tidak
ada gunanya sendiri. Kapasitas mereka untuk membuat percakapan demokratis
antara warga negara dan antara penguasa dan yang diperintah, tidak hanya
tergantung pada kemampuan orang untuk menggunakannya, tetapi juga pada,
regulasi, teknologi dan sosial-budaya rezim politik dari setiap bangsa
diberikan.
Untuk membahas potensi demokratis dan
interaktif ponsel, adalah penting untuk garis besar fungsi ponsel dan
menggunakan potensi mereka. fungsi ponsel terdiri, antara lain, membuat dan
menerima panggilan suara atau video, SMS (juga disebut bahasa sehari-hari
sebagai 'texting') mobile internet, radio, televisi, fax (jika terhubung ke
komputer), roaming auto, pengalihan panggilan dan digitalkamera.
Ponsel tampaknya menjadi gadget
multidimensi dan kompleks. Hal ini di satu sisi, sebuah ruang publik di dalam
dirinya sendiri melalui radio mobile, internet mobile, mobile televisi,
sementara di sisi lain ia bertindak sebagai dasar untuk mengatur tatap muka
forum-grup diskursif. panggilan grup Interaktif di ponsel perkiraan bursa
lingkup publik interaktif meskipun satu juga dapat menyatakan bahwa ponsel
tidak verbal pertukaran yang interaktif atau fleksibel seperti wajah-untuk
diskusi-face. Teknologi kegagalan seperti penerimaan miskin, istirahat atau
luka jaringan, dan jenis lain dari 'suara' dapat merusak kualitas diskusi
ponsel-dieksekusi.
'Texting' adalah fungsi lain dari
ponsel yang tampaknya memiliki potensi untuk ruang publik interaktif terutama
untuk anak muda, daerah di mana media massa yang tersumbat atau diberangus oleh
negara, dan memang tempat-tempat jasa pelayanan untuk panggilan ponsel yang
terlalu tinggi . Di bagian Afrika, misalnya, 'texting' tidak hanya digunakan
dalam referendum, tetapi tetap dapat digunakan untuk mendukung lain 'gerilya
media' dalam organisasi, mobilisasi dan koordinasi protes massa.
Sentralitas dari ponsel mungkin
karena sifat belum pernah terjadi sebelumnya luas dan menyebar luas yang
menyiratkan ruang publik yang lebih besar di mana semua anggota yang menjadi
peserta berpotensi diakses di mana saja dan kapan saja di dunia selama adanya
konektivitas. Kebebasan yang diberikan oleh ponsel, memang, berarti bahwa orang
selalu tersedia.
Secara teoritis, ponsel memiliki potensi
besar untuk mempromosikan 'timeous' dan efektif jurnalisme untuk media berita.
Wartawan dengan ponsel tidak hanya diharapkan untuk menggunakan SMS dan layanan
data, tetapi juga kamera ponsel dan Internet mobile untuk penelitian mereka.
Dalam jurnalisme, ponsel juga telah memperpanjang lingkup publik oleh
'mengkonversi' setiap orang membawa kamera ponsel untuk jurnalis.
Telepon selular telah memperluas
lebar ruang publik media berita dalam arti bahwa masyarakat sekarang
dipersenjatai dengan alat yang penting yang memberikan bukti gambar ke rekening
mereka cerita dramatis kepada wartawan. gambar Ponsel menguatkan laporan saksi
mata cerita sebagai sumber berita.
sumber : http://tubagusagastha.blogspot.co.id/2015/10/demokrasi-di-era-digital_7.html
0 komentar:
Posting Komentar